Pekanbaru (PantauNews.co.id) - Pengamat ekonomi Universitas Riau (Unri), Dahlan Tampubolon menilai pemberlakuan pembayaran parkir nontunai di Bandara Sultan Syarif Kasim (SSK) II Pekanbaru, Riau, belum terintegrasi dengan baik. Yang mana, pemberlakuan nontunai ini sendiri sebenarnya sudah dimulai sejak tanggal 1 Februari lalu.
"Saya juga pernah kena macet panjang dua minggu lalu saat menjemput tamu, karena masih banyak yang beli kartu di pintu ke luar," kata Dahlan Tampubolon kepada media saat bincang-bincang ekonomi Riau 2020 di Pekanbaru, Senin (24/02/2020).
Saat pemberlakuan nontunai di Bandara SSK, kata Dahlan, seharusnya sudah ditopang oleh infrastruktur yang memadai untuk memudahkan orang membeli kartu di retail modern, bahkan Anjungan Tunai Mandiri. Sehingga orang tidak hanya membeli di bandara saja.
"Emang untuk buat infrastruktur tergantung niat," katanya.
Dahlan bahkan mengkritik penjualan kartu perdana nontunai yang dilakukan di pintu keluar Bandara SSK II Pekanbaru yang tidak tepat, akibatnya membuat kemacetan.
"Harusnya penjualan di pintu hendak masuk bandara, tidak seperti sekarang seperti bubu ikan, masuk mudah keluar susah. Atau kalau orang terburu-buru, kartu dijual di sekitar parkiran bandara bukan di exit point," katanya.
Ia juga menyarankan harusnya dari pintu keluar yang ada, disediakan satu yang bisa menggunakan uang tunai, dan pintu yang lain untuk nontunai, dengan begitu masyarakat akan belajar memilih mana yang lebih cepat dan mudah maka mereka secara perlahan akan beralih.
"Hak warga negara menggunakan uang tunai dan infrastruktur bandara, tidak ada yang boleh melarang, tapi perlahan akan dikurangi fasilitas tunainya," tegas Dahlan.
Terutama bagi warga di luar Kota Pekanbaru, mereka belum tentu tahu kebijakan itu, kalaupun tahu akan enggan menggunakan sebab hanya untuk sekali pakai, dan sisa uangnya tidak bisa digunakan di daerah.
"Seandainya sudah terintegrasi dengan ritel moderen seperti alfamart dan indomaret pasti bisa dipakai belanja juga," katanya.
Selain itu katanya untuk top up, perbankan juga harus memudahkan pengisian. Di sini butuh lagi integrasi dengan fasilitas bank dan ritel besar sehingga keberadaan kartu mudah didapat tidak perlu meski antri.
"Pemanfatan nontunai ini juga perlu diperluas fungsinya tidak hanya membayar parkir akan tetapi bisa digunakan untuk pembayaran lainnya semisal trans metro, parkil di mall dan belanja serta sebagainya," pungkasnya.
Seperti diketahui, pasca pemberlakuan kartu e-money (nontunai) pada pada parkiran Bandara SSK II, 1 Februari lalu hingga hampir akhir bulan, masih terlihat kemacetan di pintu keluar bandara.
Hal ini dikarenakan masyarakat yang baru pertama kali masuk bandara terjebak diantara kendaraan yang sudah miliki kartu. Sehingga untuk proses pemilihan butuh waktu transaksi di pintu keluar.
Sementara itu, Kepala Divisi Sistem Pembayaran Pengelolaan Uang Rupiah (SP PUR) Layanan Administrasi Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Riau, Asral Mashuri, mengingatkan masyarakat agar menyiapkan uang elektronik untuk membayar parkir jika pergi ke Bandara SSK II.
"Jangan sampai tidak bisa keluar bandara karena gate parkir hanya bisa terbuka dengan uang elektronik," ujar Asral.
Asral menjelaskan, masyarakat dapat memilih berbagai jenis uang elektronik. Seperti flazz dari BCA, e-money dari Bank Mandiri dan Bank Riau Kepri, tapcash dari BNI dan brizzi dari BRI.
"Siapkan uang elektronik dari sekarang, yang bisa didapatkan di counter atau loket bank dimana saja yang terdekat," katanya.
Asral menjelaskan elektronifikasi ini merupakan upaya untuk merubah metode pembayaran dari tunai ke non tunai. Hal ini dilakukan guna menciptakan cashless society. Ia menuturkan, pembayaran non tunai untuk biaya parkir ini dapat mengurangi peredaran uang pecahan kecil.
Menurutnya lagi, sumber daya atau biaya untuk mencetak uang mulai dari perencanaan, pengadaan bahan, pencetakan, distribusi hingga pengolahan memerlukan biaya yang tidak sedikit.
"Dengan pembayaran non tunai ini juga akan menghemat waktu," tukasnya.
Sumber: Goriau.com