Kurang Mendapat Perhatikan, Limbah Industri Pangan di Bukit Batrem Masih Menimbulkan Aroma yang Menyengat -->

News

Kurang Mendapat Perhatikan, Limbah Industri Pangan di Bukit Batrem Masih Menimbulkan Aroma yang Menyengat

Jumat, 30 Agustus 2019, 9:40 PM
  • Salah satu Lokasi Industri Pangan yang berada di Jalan Parit Kesit, RT 07 Kelurahan Bukit Batrem. Foto : Djasdi Amier

Dumai, (PantauNews.co.id) - Industri tahu dan tempe merupakan industri kecil yang banyak tersebar di kota-kota besar dan kecil. Tempe dan tahu merupakan makanan yang digemari oleh banyak orang. Seperti pemberitaan sebelumnya, lokasi industri tempe dan tahu yang berada di Kelurahan Bukit Batrem yang meresahkan masyarakat ini, terkesan kurang mendapat perhatian pemerintah Kota Dumai.

Pantauan awak media pada Jumat (30/08), ada 38  industri  besar yang tersebar di Kelurahan Bukit Batrem, dan juga ada beberapa puluhan industri kecil (home industri) yang belum diketahui berapa total jumlah industri tersebut.

Saat dikonfirmasi Kamis (22/08) lalu, Lurah Bukit Batrem, Syafruddin menyampaikan bahwa telah mencoba koordinasi kepada Dinas Kesehatan dan Dinas Lingkungan Hidup Kota Dumai terkait keluhan masyarakat.

"DLH sudah menyarankan untuk dibuatkan penambungan limbah (septi tank) masing masing pengusaha tempe dan tahu, kami juga minta kerjasamanya agar dapat duduk bersama untuk mencari solusi," kata Safrudin.

Akibat dari limbah industri tahu dan tempe, hasil proses pengolahan banyak membawa dampak terhadap lingkungan. Limbah dari pengolahan tahu dan tempe mempunyai kadar BOD sekitar 5.000 – 10.000 mg/l, COD 7.000 – 12.000 mg/l.

Air banyak digunakan sebagai bahan pencuci dan merebus kedelai untuk proses produksinya. Akibat dari besarnya pemakaian air pada proses pembuatan tahu dan tempe, limbah yang dihasilkan juga cukup besar. Besarnya beban pencemaran yang ditimbulkan menyebabkan gangguan yang cukup serius terutama untuk perairan disekitar industri tahu dan tempe.

Gejala umum pencemaran lingkungan akibat limbah pabrik industri pangan (jangka pendek) sebagai berikut :

1. Air sungai  atau air sumur sekitar lokasi industri  pencemar, yang semula berwarna jernih, berubah menjadi keruh dan berbau busuk, sehingga tidak layak dipergunakan lagi oleh warga masyarakat sekitar untuk mandi, mencuci, apalagi untuk bahan baku air minum.

2. Ditinjau dari segi kesehatan, kesehatan warga masyarakat sekitar dapat timbul penyakit dari yang ringan seperti gatal-gatal pada kulit sampai yang berat berupa cacat genetic pada anak cucu dan generasi berikut.

3. Terjadinya penurunan kualitas air permukaan di sekitar daerah-daerah industri.

4. Kelangkaan air tawar semakin terasa, khususnya di musim kemarau, sedangkan di musim penghujan cenderung terjadi banjir yang melanda banyak daerah yang berakibat merugikan akibat kondisi ekosistemnya yang telah rusak.

5. Temperatur udara maksimal dan minimal sering berubah-ubah .

6. Terjadi peningkatan konsentrasi pencemaran udara seperti CO, NO2r S02, dan debu.

Limbah industri pangan dapat menimbulkan masalah dalam penanganannya karena mengandung sejumlah besar karbohidrat, protein, lemak, garam-garam, mineral, dan sisa-sisa bahan kimia yang digunakan dalam pengolahan dan pembersihan. Air buangan (efluen) atau limbah buangan dari pengolahan pangan dengan Biological Oxygen Demand (BOD) tinggi dan mengandung polutan seperti tanah, larutan alkohol, panas dan insektisida.

Apabila efluen dibuang langsung ke suatu perairan akibatnya menganggu seluruh keseimbangan ekologik dan bahkan dapat menyebabkan kematian ikan dan biota perairan lainnya.

Pantauan disalah satu lokasi drainase yang tercemar akibat limbah yang dihasilkan dari industri pangan, berada di Jalan Parit Kesit RT 05 yang bersebelahan dengan RT 07 menimbulkan aroma tidak sedap. Bau yang menyengat yang sudah dirasakan oleh masyarakat sekian lama ini, seakan akan sudah malas untuk menanggapinya.

Ketua RT 07 Kelurahan Bukit Batrem, Heri Prayitno saat dikonfirmasi mengatakan, pengusaha industri pangan yang terdiri dari usaha tempe, tahu dan toge yang berada diwilayah RT 07 yang bertotal sekitar 20an industri ini sudah dipanggil untuk duduk bersama mencarikan solusi.

"Kami sudah sepakat antara masyarakat dan seluruh pengusaha, agar dibuatkan saluran air dari pipa berbahan paralon agar dapat dialirkan kesatu titik nantinya (Septi Tank),"ujar Ketua RT 07.

Heri Prayitno juga menambahkan, saat ini dalam masa pengerjaan. Pipa paralon yang dibutuhkan sebanyak sekitar 80 pipa ini sedang dibincangkan kepada pengusaha industri pangan tersebut terkait pembiayaan.

Kondisi pencemaran lingkungan yang diakibatkan oleh sektor industri berpengaruh besar terhadap kondisi pencemaran di Indonesia. Saya sangat berharap agar para pelaku industri mulai melakukan perbaikan dan pembenahan dalam hal pembuangan limbah sehingga kegiatan industri dapat berjalan seiring dengan pelestarian lingkungan.

Penulis : Tim Redaksi
Editor   : Redaksi



TerPopuler