Luapan Banjir Rob Datang Berulang Kali dan Intensitas Cukup Tinggi, Berikut Curhatan Wako Dumai di Media Sosial -->

News

Luapan Banjir Rob Datang Berulang Kali dan Intensitas Cukup Tinggi, Berikut Curhatan Wako Dumai di Media Sosial

Minggu, 18 Oktober 2020, 4:29 PM



DUMAI – Kota Dumai yang kerap menjadi langganan banjir rob atau lebih dikenal dengan pasang keling, pantauan dilapangan Minggu (18/10/2020), sudah menjalar di jalan –jalan raya. Banjir rob merupakan banjir yang airnya berasal dari air laut, diakibatkan oleh pasangnya air laut, hingga air yang pasang tersebut menggenangi daratan.


Kali ini, genangan air asin tersebut melimpah ke jalan- jalan tanpa hujan. Tampaknya, solusi yang dilakukan pemerintah Kota Dumai mengatasi, debit air yang berasal dari laut masih kurang maksimal.


Dipenghujung kepemimpinan Walikota Dumai H. Zulkifli AS bersama Wakilnya Eko Suharjo, nampaknya tidak mampu mengentaskan permasalahan yang kerap meresahkan masyarakat. Selama hampir lima tahun memimpin Kota Dumai, nampaknya pria yang akrab disapa Zul AS ini pasrah dan bahkan curhat (curahan hati) melalui akun media sosialnya.


Apakah curhatan yang dilayangkan melalui akun pribadinya, Zul AS menitipkan amanaah kepada seseorang yang akan menggantikan posisinya ketika sudah tidak menjabat lagi. Dengan menjabat dua periode sebagai Walikota Dumai, seharusnya Zul AS memahami persoalan dan mampu meninggalkan kenangan yang terbaik ketika masyarakat Kota Dumai.


Berikut petikan postingan Walikota Dumai H. Zulkifli AS dalam unggahan di akun media sosial Facebooknya, Minggu (18/10/2020).


Dalam beberapa waktu terakhir, kita sama-sama menyaksikan bahwa Kota kita dilanda banjir rob. Dan kondisi nya tidak seperti biasanya. Luapannya datang berulang kali, dan intensitasnya pun cukup banyak.


Jika kita perhatikan, sebetulnya ada beberapa hal yang menyebabkan banjir rob ini terjadi. Pertama, masalah Pemanasan global, pembabatan hutan mangrove atau hutan bakau, topografi wilayah yang mengalami penurunan, perubahan tanah rawa dan lain sebagainya.


Khusus untuk Kota Dumai, Kawasan pesisir Kota kita sebagian besar dimanfaatkan untuk kegiatan industri, pergudangan dan pelabuhan sehingga memiliki dampak terhadap kenaikan permukaan air laut. Dan yang perlu kita ingat bahwa, kawasan pesisir pantai/laut menjadi otoritas dan kewenangan Pemerintah Pusat. Pemerintah Kota tidak punya kewenangan di dalamnya.


Saya fikir, ini memang terasa berat bagi kita semua. Sedih sebahagian masyatakat, menjadi kesedihan bagi kita semua di Kota Dumai. Dalam 5 tahun terakhir, Setiap tahunnya Pemerintah Kota Dumai selalu mengusulkan agar Pemerintah Pusat Peduli dengan Kota Dumai dengan memberikan bantuan alokasi khusus guna menanggulangi persoalan abrasi, pembuatan tanggul raksasa, hingga Pembudidayaan kembali hutan mangrove guna mencegah Banjir rob ini.


Namun, sampai tahun ini apa yang kita perjuangkan dan yang kita usulkan tersebut belum mendapat prioritas dari Pemerintah Pusat. Saya tidak mau berputus asa dan masih menyimpan harapan, semoga di tahun-tahun yang akan datang, apa yang kita usulkan tersebut dapat di realisasikan Pemerintah Pusat sehingga kejadian-kejadian serupa tidak terjadi lagi.


Saya juga berharap pada masyarakat Kota Dumai untuk tetap bersatu dan bersama-sama bekerja keras guna mendukung kebijakan Pemerintah, minimal dengan tidak membuang sampah sembarangan, bergotong royong membersihkan sedimentasi parit tempat tinggal, memberikan resapan air di gedung/bangunan dan tidak merubah fungsi drainase/parit yang telah dibangun oleh Pemerintah.


Kebijakan Pemerintah tanpa dukungan masyarakat tidak akan ada artinya. Untuk itulah, kami mengharapkan dukungan penuh dan partisipasi kita semua menghadapi ini semua. Dengan izin Allah SWT, Semoga kita semua bisa menghadapi situasi sulit ini dengan baik.


Di Perubahan APBD 2020 ini, Pemerintah Kota Dumai akan mengerjakan apa yang menjadi kewenangan dan otoritas kita. Misalnya, kita sudah menganggarkan sejumlah anggaran untuk program pengerukan parit dan sungai. Semoga OPD terkait dapat segera mengeksekusinya dengan maksimal, sehingga hasilnya bisa diraskan langsung oleh masyarakat Dumai secara luas.


Salam Hangat dan Cinta,


Zulkifli AS


Postingan yang diunggah sekitar pukul 15.00 WIB, cukup menuai pro dan kontra masyakat Kota Dumai.


@Agustri Yakob: “Assalamu'alaikum.Wr.Wb.Izin Pak, saran, perlu telaah serius nich Pak, dari Ahli tata kota, Ahli Ekologi dan Demografi, minimal bisa mengurangi, kalau alam ya ngak bisa dihambat namun perlu dicari solusi, DAS dan Mangroove perlu menjadi perhatian khusus, termasuk sistem pengairan dalam kota dan sekitarnya,semoga Bapak sehat selalu, Aamiin ya robbal'alamin 🤲🙏”


@Parlindungan: “Salam pak,semoga bapak selalu di lindungi dan di beri kesehatan, Maaf pak kalimat di atas sunggu menakjubkan penjelasannya, Tapi sayang pemerintah pusat jadi sasarannya, Tapi lebih di sayangkan pak ini wilayah di samping rumah dinas bapak”


@Sultan Al Ikhwan: Apa yang ayahanda Katakan benar adanya, kami paham itu.


Berbagai persoalan menghadang setiap kebijakan yang ingin dilakukan untuk pembenahan daerah ini, terutama menyangkut pasang keling ini.


Selain kewenangan daerah tentang bibir pantai dan faktor alam, juga soal anggaran yang tersedia.

Tapi ya sudahlah, Desember sebentar lagi, segala doa yang terbaik buat Ayahanda dan keluarga, selamat memasuki masa purna tugas dan tentunya kami tumpangkan pula doa semoga bahagia bersama anak cucu, bersama si comel Sultan dan lainnya.


Mohon doakan pula kami yang akan ayahanda tinggalkan nanti bahagia menjadi warga Kota ini, maju kotanya sejahtera warganya, hilang pasang kelingnya, menjauh sampah-sampah busuknya.


Kita tumpangkan pula harapan, semoga pemimpin Kota ini di masa datang bisa lebih memiliki kenekatan dan nyali besar untuk memajukan kota kita ini dengan mencontoh Kabupaten/Kota tetangga yang pemekarannya sama dengan Kota kita, dan hari ini telah berhasil maju dan keluar dari kesulitannya tahunan masyarakatnya berkat nyali besar dan kenekatan pemimpinnya dalam mengatasi persolanan di daerahnya.


Contoh terdekat kita, adalah Kabupaten Siak. Masalah tahunan Siak dulunya adalah abrasi Daerah Aliran Sungai (DAS) Siak setiap tahunnya yang mengikis daratan dan mendatangkan banjir ke Kota Istana itu.


Dengan nyali yang luar biasa, Bupati Arwin, AS akhirnya melawan kewenangan pusat atas DAS Siak itu dengan menggagas pembangunan Jembatan Sultan Agung Sultanah Latifah melalui proyek Multi Year (Tahun Jamak) senilai 250 M, guna membatasi lalu lintas kapal berbadan lebar di DAS Siak itu.


Meski mendapat tantangan dan sikutan kiri dan kanan, oleh lawan politik maupun pemerintah pusat, perjuangan bupati yang didukung penuh rakyatnya itu menuai sukses dan akhirnya dilanjutkan oleh Bupati berikutnya Drs. H. Syamsuar, MSi yang hari ini telah menjadi Gubernur Provinsi Riau kita.


Semoga di masa datang Kota kita yang terletak di Pesisir Timur Sumatera ini bisa lebih baik lagi, memiliki master plant penanganan banjir pasang rob, dan solusi-solusi brilian lainnya terhadap persoalan itu dengan mencontoh keberhasilan tetangga kita.


Akhir kata, mari kita saling mendoakan dalam kebaikan dan kesabaran. Semoga berkah dan Rahmah Allah senantiasa tercurah, kita ambil segala yang baik dan buang semua yang buruk.


Tahniah & Syabas 🙏


@Firdausdumai: “Saya tak komen ajelah..takut salah cakap, maklum, aku ini oghang tak paham, alias bodoh”


Penulis: Edriwan




TerPopuler